Kali lalu saya menulis
fakta tentang rokok : peluang dan tantangan untuk meraih puluhan bahkan
ratusan juta rupiah. Jika anda mencermati tulisan tersebut kiranya anda akan
menjadi sadar bahwa batangan-batangan rokok yang kita bakar dan buang setiap
hari ternyata bisa menjadi ratusan juta rupiah. Dalam nuansa yang sama coba
kita “iseng-isengan” menghitung rupiah-rupiah yang kita siapkan untuk jajan
alias uang saku harian untuk anak-anak kita.
Berapa rupiah uang jajan sehari
untuk anak-anak anda sekarang? Rp 1000? Rp. 2000? Tidak mungkin! Entah di
tempat anda, dalam pengamatan sekilas saya di Kota Ruteng minimal uang jajan
yang dihabiskan seorang anak balita sampai SD sampai SMA setiap hari adalah Rp
5.000. Bahkan banyak juga yang menghabiskan Rp 10.000 atau lebih dari itu dalam
sehari. Itu sama artinya anak-anak kita menghabiskan Rp. 150.000 perbulan atau
Rp. 300.000 perbulan, itu juga sama artinya Rp. 1.800.000 atau 3.600.000
pertahun. Kalau kebiasaan itu terjadi selama 10 tahun maka anak-anak kita
berhasil menghabislkan Rp. 18.000.000 atau Rp 36.000.000 hanya untuk jajan.
Bagaimana kalau selain kita “ajarkan” anak-anak kita
jajan kita ajarkan juga budaya menabung sejak kecil. Jika angka-angka rupiah
dari hasil jajan di atas kita tabung/simpan di lembaga keuangan seperti Credit
Union atau Koperasi Kredit Hiro Heling dengan Bunga 12% p.a. angka-angka di
atas akan menjadi seperti ini. Jajan Rp.5000 ------ 151.500/bulan pertama ------
Rp. 1.904.049/tahun pertama
------ 15.709.530/ 6 tahun ------ Rp.34.510.705 /10 tahun
Kalau jajan Rp. 10.000 ------ Rp. 303.000/bulan pertama ------ Rp.
3.808.098/tahun pertama
------ 31.419.060/6 tahun ------ Rp. 69.021.410/10 tahun
Dari perhitungan di atas andaikan anak-anak kita
sudah menyisihkan uang jajan mereka entah sebagian entah seluruhnya maka
sebenarnya secara tidak langsung mereka sudah mencicil biaya kuliah mereka
sejak mereka duduk di kelas 1 SD.
Persoalannya anda dan saya serta anak-anak kita
tidak dibiasakan untuk merencanakan sesuatu yang berada jauh di depan mulai
dari sekarang. Bisa jadi kita mengimpikan anak-anak kita yang baru duduk di
kelas satu SD untuk menjadi perawat, guru, karyawan Bank, dokter dan berbagai
profesi lainnya tetapi kita tidak menyiapkan “amunisinya” dari sekarang. Kita sering menunggu anak-anak kita duduk di
bangku kelas 3 SMA baru memikirkan bagaimana “mencari” dana untuk biayai
kuliahnya nanti. Tentu berbeda jika anda dan anak anda sudah “mencicil”
pembiayaan itu sejak 6 atau 10 tahun yang lalu, pada saatnya anda tinggal ke
kantor Kopdit Hiro Heling (sekadar contoh-red.)
dan mengambil uang anda atau bahkan anda bisa “perintahkan” kopdit Hiro Heling
untuk membayar biaya pendidikan anak anda secara rutin persemester atau
pertahun. Simple bukan. Silahkan anda putuskan sendiri. Anda sudah tahu
jalannya, silahkan pilih dan berjalan di atasnya. Seperti yang saya sampaikan
sebelumnya miskin atau kaya itu bukan nasib tetapi pilihan. Silahkan anda pilih
dan tentukan apakah anda mau menjadi kaya atau menjadi miskin. Anda menjadi
miskin kalau memilih jalan menjadi miskin akan tetapi anda pasti menjadi kaya
kalau memilih jalan menjadi kaya.
*willy seda, s.fil-staf kopdit Hiro
Heling-Ruteng*
Berita Lainnya
Bagaimana syarat menjadi anggota?? tx
BalasHapusfrancis
Siapkan uang Rp 150.000 dan foto copy ktp yang masih berlaku.
BalasHapusNona-maumere