Di tengah gempuran informasi seputar covid 19 baik yang
valid maupun (yang kebanyakan) hoax masih ada orang-orang yang berkarya bernas
mengembalikan konsepsi pikiran kita ( masyarakat kebanyakan ) yang cenderung negative
menjadi lebih positif dan optimis. Salah
satu dari sekian banyak itu adalah dr Marianus Ronald Susilo yang benar-benar
memanfaatkan waktu “di rumah” saja selama 14 hari untuk melengkapi “kekurangan
atau kealpaan” yang tidak bisa dibuatnya sebelum pandemi global mendera dunia. Mari
Kita simak tulisan Ronald berikut. Semoga bermanfaat dan kita belajar melihat hal-hal
positif di balik serangan covid 19.
Hikmah bisa kita peroleh dari mana saja. Juga dari masa-masa
sulit seperti sekarang ini. Meski tentu saja ada juga yang mendadak menjadi
ahli kesehatan sebab begitu khawatirnya mereka oleh wabah ini, tetap saja, kita
bisa mengambil hikmah dari setiap peristiwa.
Oleh:
dr.
Ronald Susilo |
Pendiri
Klub Buku Petra, Ruteng. Menulis sejumlah artikel kesehatan di berbagai media,
kini artikel kesehatan dan tulisan lainnya dapat diakses di opinisehat.com.
Penanggung jawab umum bacapetra.co.
Setelah
sekian lama tidak mengisi rubrik DARI RUMAH, salah satu rubrik yang
diperuntukkan bagi redaktur bacapetra.co—khususnya Penanggung Jawab dan
Pimpinan Redaksi, saya akhirnya diberi ultimatium untuk segera mengisi edisi
bulan ini.
Saya
menemukan bahwa, setelah absen cukup lama, ternyata banyak sekali yang ingin
saya sampaikan, salah satunya adalah saya sedih sebab ulang tahun pertama
Bacapetra yang harusnya dirayakan pada tanggal 20 Maret 2020 yang lalu, tidak
bisa dilaksanakan. Kita semua berada di masa-masa yang paling tidak
menyenangkan; diwajibkan untuk tetap tinggal di rumah saja, demi mencegah penularan
Virus Corona.
Sebelum
melanjutkan tulisan ini, mewakili Tim Redaksi Bacapetra, saya ingin
menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak, para penulis dan
penyair, yang telah mengirimkan karyanya selama satu tahun ini, juga kepada
para pembaca setia yang terus menikmati cerpen, puisi, ulasan, dan
tulisan-tulisan lainnya di www.bacapetra.co. Mari bersama mendoakan agar Baca
Petra tetap konsisten di tahun-tahun mendatang.
Covid-19
Seperti
yang telah saya sampaikan sebelumnya, saya sedih karena pada ulang tahun
pertama bacapetra.co, tim redaksi tidak bisa berkumpul. Namun demikian,
ada banyak sekali yang patut kita syukuri di tengah-tengah kegalauan
menjalankan Social dan Physical Distancing akibat pandemi
ini.
Saya
ingin sekali mengajak kita semua untuk memikirkan hal-hal yang positif saja.
Yang negatif gampang kita dapatkan di media sosial atau ruang obrolan di grup WhatsApp.
Dan sebagaimana kita ketahui, hal-hal negatif itu lebih banyak mudaratnya
daripada manfaatnya. Virus ini sungguh menyeramkan, ditambah lagi penyebaran
berita-beritanya yang justru lebih menakutkan. Kita seperti diteror. Jangan
panik berlebihan, tetap di rumah saja bersama keluarga tercinta.
Dari
hasil bertapa selama kurang lebih dua minggu di rumah, saya akhirnya menemukan
beberapa hal menarik yang saya simpulkan sebagai hikmah di balik munculnya
wabah Virus Corona. Mudah-mudahan apa yang saya refleksikan ini, bisa menjadi
inspirasi sahabat-sahabat Baca Petra di mana saja berada.
Pertama, Kita Jadi Lebih Memperhatikan Masalah Kesehatan
Sebelum
munculnya wabah Covid-19, kebanyakan dari kita acuh tak acuh dengan cara-cara
hidup bersih dan sehat. Seakan-akan yang perlu melakukan hal tersebut hanyalah
orang-orang yang bekerja di bidang kesehatan.
Contoh
yang paling mudah adalah saat kita mengalami batuk dan flu. Walaupun sakit,
kita tetap keluar rumah. Batuk dan bersin seenaknya tanpa beban, tanpa
menyadari bahwa cara itu akan menularkan penyakit kepada orang lain yang ada di
sekitar kita; terkadang diikuti tawa lepas setelahnya.
Contoh
lain adalah, tentang pola hidup yang tidak teratur. Setiap hari begadang, tidur
pada jam-jam yang sudah terlampau larut, bahkan dini hari. Keesokan harinya,
badan terasa tidak enak, batuk dan flu pun mulai menyerang.
Pikiran
pertama yang muncul adalah, segera ke dokter untuk mendapatkan obat. Itu
pikiran yang keliru! Hal pertama yang seharusnya dilakukan adalah, ubahlah pola
hidup kita menjadi teratur. Makan teratur, tidur di jam yang benar dan cukup,
niscaya kesehatan akan kita dapatkan.
Di
masa-masa Covid-19 menyerang seperti sekarang ini, barulah kita menyadari
hal-hal semacam itu sungguh penting. Kita disarankan untuk bekerja dari rumah,
banyak istirahat, makan makanan yang bergizi serta tidak lupa mencuci tangan.
Akan tetapi, meskipun saran tersebut dianjurkan oleh negara, tetap saja, masih
banyak orang yang merasa itu berlebihan dan memilih untuk tidak patuh.
Semakin
memperhatikan masalah kesehatan, bukan berarti semua orang harus menjadi dokter
atau ahli kesehatan. Cukup mempraktikkan pola hidup sehat dan bersih, sisanya
biarkan para ahli kesehatan yang memikirkan.
Nah
ada juga yang keliru menanggapi anjuran saya di atas. Kita memang diminta untuk
peduli terhadap kesehatan, tetapi harap tidak berlebihan. Sejak adanya wabah
Covid-19 ini, hampir seluruh masyarakat kita mendadak menjadi dokter, perawat
atau bidan bagi dirinya sendiri, keluarga, dan orang-orang lain di sekitarnya.
Bahkan ada yang mendadak menjadi ahli virus, menjadi juru bicara Kementerian
Kesehatan, juga terlihat seperti perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia. Semua
orang ingin bersuara! Benar bahwa, ingin bersuara untuk kebaikan orang banyak
adalah ibadah. Namun, tetap harus cerdas dalam membaca dan menyebarkan
berita-berita yang bukan bidang keahlian kita.
Beberapa
pekan lalu, saya mendengar kabar bahwa persediaan obat klorokuin habis di
pasaran. Diborong oleh mereka yang merasa telah menjadi dokter dan ahli
kesehatan tadi. Menurut orang-orang ini—setelah membaca dan menonton berita
dari sana sini, klorokuin, obat untuk membunuh plasmodium, bisa mengobati
penyakit akibat virus corona.
Pertanyaannya
adalah: apakah sudah tahu kapan klorokuin itu harus diminum? Berapa dosis yang
tepat? Apa efek sampingnya? Apakah ada interaksi dengan obat lain jika dipakai
bersama? Tahukah Anda bahwa dengan cara pemakaian obat demikian akan
menimbulkan resitensi yang luas? Penyakit yang dulunya mempan dengan obat
tersebut, bisa jadi tidak akan mempan lagi. Bakteri, virus, dan plasmodium
merajalela, dan, akhirnya kita tewas karena keteledoran sendiri.
Semua
berita yang belum diketahui kebenarannya disebarkan secara masif, yang
terpenting siapa yang menyebarkannya paling cepat.
Contoh
hoax lainnya: ada gelang dan kalung yang dapat membebaskan kita dari
serangan Covid-19. Anda masih sehat? Saat ini yang kita lawan ini adalah virus!
Ilmu gaib mana pun tidak akan bisa menanggulanginya.
Ada
pula yang mengunggah dan atau membagikan berita-berita tentang tips mengonsumsi
makanan tertentu agar tidak terserang Covid-19. Seperti bawang merah, bawang
putih, serta telur ayam. Hasil akhirnya, stok bahan-bahan makanan tersebut
habis terjual di pasaran. Efek kesehatan tidak ditemukan, sebaliknya efek
krisis bahan makanan yang muncul. Beberapa bahan makanan memang dipercaya
berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh. Namun, itu adalah tambahan. Hal utama
yang harus kita lakukan adalah, makan teratur dan bergizi, istirahat yang cukup
serta teruslah bekerja. Bekerja selain adalah ibadah, juga merupakan sumber
penghasilan yang akan digunakan untuk membeli makanan.
Saya
pikir, saya sudahi dulu keluh kesah ini. Saya ingin berbagi hikmah bahwa,
dengan adanya wabah Virus Corona ini, banyak orang semakin sadar bahwa segala
sakit penyakit, tentu ada penyebabnya. Tidak muncul begitu saja, apalagi
disebabkan oleh hal-hal yang magis dan misterius. Wabah kali ini disebabkan
oleh virus, bukan oleh setan, kurang berdoa atau bahkan sengaja dibuat oleh
orang-orang yang membenci. Bukan. Ingatlah hal itu agar tidak terjadi gagal
paham di antara kita.
Kedua, Memiliki Banyak Waktu Bersama Keluarga
Manfaat
lain dari hadirnya wabah Covid-19 adalah, kita memiliki lebih banyak waktu
bersama keluarga yang ada di rumah. Hal seperti ini, bagi sebagian orang adalah
hal yang langka dan patut disyukuri.
Coba
kita bayangkan mereka yang bekerja di kota-kota besar; berangkat dari rumah
sejak subuh dan balik pada malam hari saat anggota keluarga yang lain sudah
tidur. Kemudian keesokan hari melakukan hal serupa, sepanjang tahun. Jadi, Work
From Home merupakan anugerah indah di tengah-tengah wabah Covid-19.
Sekolah-sekolah
diliburkan, anak-anak belajar di rumah bersama orang tua. Satu hari tidak
masalah. Dua hingga tiga hari kemudian, orang tua mulai kewalahan. Saat itulah
para orang tua baru menyadari, profesi guru adalah sesuatu yang penting. Tidak
semua orang bisa menjadi guru. Itu adalah “panggilan”. Dalam hati kecil setiap
orang tua, mengajar anak-anak, khususnya tingkat Taman Kanak-Kanak sampai
dengan Sekolah Dasar adalah hal yang mudah. Ternyata tidak demikian. Yang kita
pikir mudah itu materinya. Tetapi proses belajar mengajarnya butuh kesabaran
dan napas yang panjang. Maka dari itu, bersyukurlah kita dapat memahami hal
tersebut di saat-saat seperti ini.
Rasa
syukur tersebut, saya nikmati dengan mulai membacakan lagi dongeng-dongeng
untuk anak laki-laki saya yang saat ini duduk di kelas 2 SD. Suatu ketika, saat
selesai membacakan sebuah dongeng, Michael, anak saya, mengajukan beberapa
pertanyaan. Saya sedikit kelimpungan menjawabnya sebab dunia dongeng sangat
berbeda dengan dunia generasi zaman ini.
“Mengapa
Si Raja hutan tidak pakai facebook saja untuk mengumumkan perlombaan di
hutan itu?”
“Zaman
dahulu tidak ada handphone, Nak.”
“Pasti
Virus Corona gampang menular di zaman dulu. Iya kan, Pa?”
“Iya,
bisa jadi begitu.”
Selain
lebih memperhatikan masalah pendidikan anak di rumah, masalah ibu rumah tangga
juga menjadi pemahaman yang baru bagi saya. Ternyata, setiap hari istri saya
harus memutar otak mencari menu masakan apa untuk sarapan pagi, makan siang,
dan makan malam. Selama ini, ia tidak pernah menanyakan hal itu, dan juga tidak
pernah terpikirkan oleh saya. Saya sibuk dengan urusan pekerjaan yang lain di
luar rumah. Turut serta memikirkan menu masakan seperti itu, ternyata membuat
kepala saya berdenyut kencang. Rupanya masing-masing dari kita, mempunyai peran
penting dalam keseharian sehingga semuanya dapat berjalan baik dan lancar.
Terima kasih Virus Corona, sudah membantu kami untuk memahami semua ini. Hikmah.
Ketiga, Bekerja Sama
Manusia
adalah makhluk sosial. Artinya, manusia membutuhkan orang lain agar hidupnya
lebih bermakna. Kurang lebih begitu kata Aristoteles, sang filsuf Yunani yang
terkenal itu. Sebagai makhluk sosial, manusia sudah seharusnya memperhatikan,
peduli, serta solider terhadap orang lain. Terbukti, di tengah-tengah wabah
Covid-19, semakin banyak orang yang saling mengingatkan satu sama lain untuk
tetap tinggal di rumah. Saling berbagi mengenai cara mencuci tangan yang benar,
cara memakai masker yang tepat, dan lain sebagainya.
Hubungan
antar-sesama manusia pun semakin erat. Begitu juga hubungan antar-negara. China
yang menyatakan dirinya telah keluar dari cengkeraman Covid-19, mulai
mengirimkan bantuan ke negara-negara lain, termasuk ke Indonesia. Ini
membuktikan bahwa manusia adalah makhluk sosial, tidak bisa hidup dengan
tenteram jika orang lain susah, sakit, bahkan mati.
Di
sekitar kita banyak relawan yang bergerak mengumpulkan Alat Pelindung Diri
untuk disumbangkan ke rumah sakit agar para perawat, bidan, dan dokter dapat
menjalankan tugas dengan aman. Sementara itu, aktivis kemanusian lainnya mulai
memikirkan cara untuk membantu kalangan tak mampu serta para pekerja atau buruh
yang mendapatkan upah harian. Bukankah hal-hal seperti ini sangat indah? Jadi,
di saat memerangi musuh yang sama, kita menjadi lebih memperhatikan, peduli serta
solider terhadap orang lain walaupun kita sendiri tidak tahu kapan
kita akan diserang virus ini.
Lebih
dari itu semua, kita memberikan kesempatan kepada bumi, planet tercinta kita
ini, untuk beristirahat sejenak dari polusi udara, polusi bunyi, dan hal-hal
buruk lain yang kita hasilkan setiap harinya. Akibat virus corona menjangkiti
penduduk kota Wuhan sejak Desember 2019, pemerintah Cina menghentikan semua
aktivitas penduduknya, menyetop penerbangan, menghentikan kerja pabrik-pabrik
yang menyemburkan polusi dan mengotori udara. Hasilnya, dalam dua pekan setelah
lock down sejak 23 Januari 2020 itu, setelah 80.000 orang terinfeksi dan
3000 orang meninggal, setidaknya 200 juta ton karbon berkurang. Menurut
perhitungan Carbon Brief, emisi sebanyak itu sama dengan seperempat
emisi setahun yang dilepas Cina. Satelit NASA memotret udara Cina lebih bersih
dibanding sebelum karantina total (sumber: Forestdigest.com).
Bayangkan,
jika negara-negara lain yang mengalami pandemi ini, melakukan hal yang sama.
Selain membeli waktu demi keselamatan bersama, kita juga turut serta
menyelamatkan bumi yang akan dihuni oleh anak cucu kita di masa yang akan
datang. Hikmah.
Keempat, Menjalankan Hobi yang Lama Tertunda
Begitu
mendengar himbauan pemerintah untuk tetap di rumah selama 14 hari, tentu banyak
di antara kita merasa bingung. Kebingungan itu tentu saja karena tidak tahu
harus melakukan apa di rumah selama itu.
Banyak
kantor membolehkan bekerja dari rumah walaupun sebagian besar masih ragu-ragu.
Untuk mereka yang memang sudah terbiasa bekerja dari rumah, himbauan itu akan
terasa biasa-biasa saja. Namun, tidak demikian bagi mereka yang terbiasa
bekerja di kantor. Akan tetapi seiring waktu berjalan, adaptasi menghilangkan
semua kekakuan itu. Kini dengan bekerja dari rumah, kita juga bisa mengerjakan
lebih banyak hal lain.
Sebagian
dari kita mungkin mulai membuka-buka kembali lemari penyimpanan buku koleksi pribadi.
Membaca judul-judul di punggung buku sambil membayangkan isi buku tersebut.
Mengambil satu dua buku untuk disampul karena sejak lama belum ada waktu
melakukannya. Kegiatan lain misalnya, membersihkan rak-rak buku dari debu
kemudian menaruh beberapa potong kapur barus agar tidak didekati ngengat. Tanpa
terasa kegiatan-kegiatan seperti ini adalah pembunuh waktu yang baik.
Beberapa
teman saya membentuk grup di Whats App yang terdiri dari empat hingga
lima orang untuk mengerjakan proyek menulis. Setiap hari mereka bersepakat
menulis sebanyak 1.000 kata dengan tema bebas. Hingga saat ini, mereka telah
menghasilkan 15 hingga 16 tulisan yang jika dikumpulkan dapat menjadi sebuah
antologi. Luar biasa. Sungguh kreatif dan produktif.
Bagi
kamu yang sedang membaca tulisan ini, apa hobimu yang belum terlaksana selama
ini? Barangkali sama seperti saya, mempunyai hobi membeli dan menyimpan buku
tanpa pernah ada waktu untuk membacanya. Kini, sudah saatnya, kita mulai
membaca buku-buku itu. Hikmah.
Selamat
mengerjakan kesenangan-kesenangan kalian di rumah dan tetap memperhatikan
kesehatan. Jangan lupa berdoa bagi tenaga kesehatan; dokter, perawat, bidan
serta petugas kesehatan lain, agar mereka tetap sehat, kuat dan semangat selama
melayani saudara-saudari kita yang terinfeksi Virus Corona.
Salam
dari Ruteng!
Karot,
30 Maret 2020.
sumber:·
https://www.bacapetra.co/hikmah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dukung PIMR Memajukan Manggarai Dengan Saran, Kritikan Dan Komentar Anda