Blogger Widget
Terima Kasih Telah Berkunjung Ke PIMR, Kunjungan Anda Adalah Dukungan Anda, PIMR Membuka Pintu Selebar-lebarnya Bagi Siapa Saja Yang Mau Bergabung, Mempunyai Minat, Memiliki Kesamaan Visi & Misi Membangun Daerah Manggarai, Dengan Menaikan Status Blogspot Ini Menjadi Situs Informasi Resmi Bagi Masyarakat Manggarai

Senin, 24 Agustus 2015

POLISI ANTI ANTRI



foto: SPBU Mena-Ruteng (PIMR)

PIMR-Ruteng
Penunjuk waktu pada ponselku menunjukkan pukul 15.30. Perut sudah terasa lapar, kepala agak pening tetapi bersama ratusan pengendara yang lain, saya harus mengekori antrian panjang di SPBU Mena Ruteng Manggarai. Tampak dari pakaiannya kebanyakan pengendara yang antri kali ini adalah warga yang baru pulang kerja. Antrian panjang sudah lumrah beberapa hari belakangan ini. Tetapi pilihan mengantri di SPBU Mena bagi saya (mungkin juga bagi kebanyakan pengendara lain) dinilai lebih bijak dan efektif dibandingkan harus mengantri di SPBU Mbaumuku yang tidak memiliki kepastian jam buka tutup. Selain itu di dua SPBU Ruteng (baca: SPBU Mbaumuku dan SPBU Carep) pengantri yang menggunakan jergen mendapat prioritas. Dengan jergen ukuran jumbo mereka tak perlu “mengular” seperti para pengendara bermotor lainnya. Tinggal meletakan jergen di depan kaki para petugas SPBU, mereka pun langsung mendapat pelayanan lebih dahulu ketimbang deretan pengendara yang sudah mengantri berjam-jam sebelumnya. Miris memang, tetapi ini adalah kenyataan yang ditontoni warga setiap hari dan tak satupun yang protes. Itulah aksi-aksi liar yang terjadi di Ruteng tetapi “disetujui” oleh aparat dan warganya.
Sore ini aksi liar yang sama dipertontonkan oleh seorang aparat kepolisian. Memang bukan menggunakan jergen tetapi si petugas berbaju coklat ini tiba-tiba menyelonong masuk lalu “memantati” (maaf) motornya dari depan menjadi orang nomor satu untuk dilayani. Kebanyakan kami yang mengantri berjam-jam hanya menatapi aksi konyol sang petugas terpuji. Dia mengeluarkan uang hijau (sedikit lebih sedikit dari saya RP 21.000). Mungkinkah aparat penjunjung tinggi kedisiplinan itu sedang terburu-buru karena siaga 1 atau sedang situasi darurat? Entahlah! Motor yang digunakannya bukan motor dinas dan tanpa nomor polisi. Roman mukanya pun tak menunjukkan ketergesaan yang ada hanyalah keangkuhan. Ada apa gerangan?
Saya sendiri mencintai dan menghargai kepolisian tetapi membenci polisi yang tidak disiplin. Dengan alasan itu maka kujepret “aksi menarik” itu dengan kamera ponsel sederhanaku untuk menjadi kenang-kenangan tetapi juga untuk disadari oleh siapapun yang membaca tulisan ini.
Mungkin bagi anda aksi tadi persoalan lumrah yang tidak perlu dipublikasikan tetapi menurut saya pelumrahan atau pembiasaan sesuatu yang salah akan membutakan pikiran kita untuk membedakan mana yang benar dan seharusnya dan mana yang salah yang mesti dihindari.
Jika anda mencintai kepolisian dan menghargai keteraturan dalam hidup bermasyarakat mari kita menjadi pengontrol kehidupan social.
-------
Tulisan ini adalah bentuk tanggung jawab moral kami  yang menjunjung tinggi terjaganya ketertiban dan keteraturan sosial. Kami tidak berpretensi mendiskreditkan instansi atau pihak manapun. (PIMR)

Berita Lainnya

2 komentar:

  1. Balasan
    1. Banyak masyarakat kita hanya "iyo dan iyo" kalau melihat kejadian seperti itu. Seutuju harus antri, siapapun itu, atau mungkin ada undang-undang yang mengatur agar Polisi diutamakan dalam segala situasi dan tidak perlu mengantri di SPBU. Kalau ada maka saya termasuk yang ketinggalan informasi.

      Hapus

Dukung PIMR Memajukan Manggarai Dengan Saran, Kritikan Dan Komentar Anda