Blogger Widget
Terima Kasih Telah Berkunjung Ke PIMR, Kunjungan Anda Adalah Dukungan Anda, PIMR Membuka Pintu Selebar-lebarnya Bagi Siapa Saja Yang Mau Bergabung, Mempunyai Minat, Memiliki Kesamaan Visi & Misi Membangun Daerah Manggarai, Dengan Menaikan Status Blogspot Ini Menjadi Situs Informasi Resmi Bagi Masyarakat Manggarai

Minggu, 18 Mei 2014

“Roko Molas Poco” Masyarakat Adat Gendang Watang



Seorang anak Gadis represetant molas poco diarak warga (foto: gws)

PIMR- Ruteng, Minggu 11 Mei 2014 warga desa Golo Wua, Kecamatan Wae Rii beramai-ramai mengikuti ritual adat “roko molas poco”. Ritual ini biasanya diadakan ketika satu masyarakat gendang di Manggarai hendak mendirikan mbaru gendang/mbaru tembong sebagai ruma-pusat segala ritus adat dan sosial orang Manggarai. Secara hurufiah roko molas poco dapat diartikan sebagai mengambil anak gadis yang cantik dari gunung. (roko = mengambil, molas = cantik, poco = gunung/hutan). Dalam pelaksanaannya molas poco itu sebenarnya adalah sebatang pohon terpilih yang diarak-arak warga untuk dijaikan siri bongko atau tiang utama dalam pembangunan rumah adat.

Menurut Bapak Hendrkus Jhaman, salah seorang tokoh masyarakat adat yang pernah menjadi duta budaya Manggarai, kayu yang dipilih untuk siri bongkok mesti kayu yang benar-benar mewakili makna dari siri bongko sebagai tiang utama. Untuk diketahui, siri bongko adalah tiang tempat bersandarnya tetua adat ketika menyampaikan petuah penting. Siri bongko itu sentral dari segala kegiatan. Siri bongko juga selalu diasosiasikan dengan kewibawaan, kebenaran dan kesakralan. Oleh karena itu batang pohon yang menjadi bakal siri bongko mesti benar-benar molas poco, artinya kayu pilihan terbaik dari kayu yang lain.

 Seperti yang disaksikan PIMR dalam ritus ini warga dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok “roko molas poco”. Mereka adalah kelompok yang mengarak “molas poco” sambil menyannyikan lagu-lagu adat diriingi bunyi-bunyian gong. Di atas batang pohon yang dipikul dan diarak beramai-ramai itu duduk seorang gadis kecil sebagai represetant dari molas-nya poco. Kelompok kedua adalah kelompok curu atau penjemput. Kelompok ini dipimpin oleh tua adat yang telah siap sedia menyambut rombongan pengantar molas poco. Setibanya di “natas” atau pekarangan rumah adat watang kelompok penjemput memberikan ucapan selamat datang dengan kepok. Setelah itu acara dilanjutkan.

Sebenarnya sekitar satu decade yang lalu masyarakat adat gendang watang sudah memiliki rumah adat. Akan tetapi rumah adat tersebut dilalap jago merah pada tahun 1991. Ritus “roko molas poco” kali ini adalah yang kedua sebagai awal pembangunan rumah adat yang baru. ***

berita lainnya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dukung PIMR Memajukan Manggarai Dengan Saran, Kritikan Dan Komentar Anda